Copyright © 2015 @hansel_amarilla. Diberdayakan oleh Blogger.

SUBSCRIBE

Instagram

Mengenal TDP Pada Processor

Share & Comment

Semakin kecil TDP, maka panas yang dihasilkan juga semakin rendah.

Tim Lab PC Media

      Tentunya bagi Anda yang memiliki perangkat elektronik, seperti komputer desktop, notebook, atau 
smartphone pasti pernah merasakan panas pada perangkat tersebut ketika beroperasi. Hal  tersebut  merupakan  hal  yang  alami terjadi  dikarenakan  adanya  perubahan energi.  Dalam  istilah  teknisnya  dikenal dengan Central Processing Unit Dissipation atau  CPU dissipation yang  berarti  CPU mengkonsumsi  energi  listrik,  kemudian mengubahnya  ke  dalam  aksi switching, seperti  yang  dilakukan  transistor  dalam CPU.  Dalam  prosesnya,  CPU  juga  akan menghasilkan  energi  panas  ketika  beroperasi dikarenakan  adanya  impedansi  dari  sirkuit elektronik. Dari sinilah proses panas itu terjadi. Berbicara masalah panas, tentu erat kaitannya dengan  Thermal  Design  Power  (TDP) processor.  Istilah  ini  diterjemahkan  sebagai  jumlah daya maksimum untuk pendingin di dalam sebuah komputer untuk berdisipasi (mentransfer/ menyalurkan panas). TDP juga dapat berarti daya maksimum  yang  dipakai  ketika  menjalankan  aplikasi sesungguhnya untuk memastikan komputer dapat menjalankan  aplikasi  esensial  tanpa  melampaui batas panasnya. 

         Salah  satu  tantangan  yang  dihadapi  oleh  produsen  processor  seperti  Intel  adalah  bagaimana merancang sebuah processor yang mampu beroperasi hanya dengan konsumsi daya yang rendah tanpa harus mengorbankan performanya. Berbagai langkah ditempuh untuk merealisasikan hal ini, seperti mengintegrasikan  berbagai  komponen  dalam  satu  unit, memperkecil kebocoran energi untuk meningkatkan efisiensi, hingga menambahkan fitur energy saving sebagai power management. Seluruh langkah tersebut akhirnya berhasil dikemas Intel dalam rancangan 3D gate transistornya yang akhirnya diterapkan mulai dari generasi Sandy Bridge, Ivy Bridge, Haswell, hingga Intel Atom Bay Trail saat ini, bahkan semenjak generasi Ivy Bridge, Intel menambahkan SKU baru pada segmen processor mobile dengan suffi x U dan Y. “U” menandakan Ultra low power seperti pada Intel core i5-3317U (1.7GHz/ 17W), dan “Y” menandakan Extreme Ultra low power seperti pada Intel core i5-3439Y (1.5GHz/ 13W). Bandingkan dengan generasi processor sebelum nya seperti Intel core i5-2410M  (2.3GHz/  35W)  yang  nilai  performa  Intel core i5-3317U mampu mengimbangi bahkan dengan konsumsi daya yang lebih rendah. Hal tersebut diperlihatkan  melalui  pengujian  3DMark  11  CPU scoredan PCMark 8 Accelerated, seperti pada grafik di bawah.


TDP Rate
       Secara umum, semakin tinggi rating TDP processor, akan menghasilkan panas lebih daripada yang memiliki rating TDP lebih rendah. TDP biasanya juga terspesifi kasi dalam keluarga processor. Pada processor Intel, TDP rating didefinisikan pada nilai maksimum temperatur core (Tj -MAX) sehingga tiap OEM dapat merancang model dan casing serta menentukan jenis cooling yang digunakan. Pada umumnya, processor yang  memiliki  rating  TDP  melebihi  i  biasanya diterapkan pada jenis desktop PC, sedangkan TDP yang kurang dari 50W dapat dikelompokkan pada jenis notebook. TDP yang kurang dari ~5W dapat dimasukkan dalam kategori tablet dan TDP yang kurang 
dari ~2W masuk dalam kategori smartphone
     Melihat pemaparan di atas, cukup jelas jika processor yang memiliki TDP rendah akan meghasilkan panas yang rendah pula sehingga jenis heatsink 
yang diguna kan pun desainnya lebih sederhana, bahkan tanpa dukungan fan. Berbeda dengan processor yang memiliki TDP tinggi, jenis pendingin yang digunakan haruslah jenis khusus, biasanya menggunakan heatsink dengan tambahan fan atau metode pendingin lain, seperti heatpipe, water cooling,hingga LN2

Hyperthreading vs Power Dissipation
       Beberapa  dari  Anda  mungkin  sudah  familiar dengan istilah hyperthreading. Istilah ini mengacu pada pemrosesan dan eksekusi dari sebuah instruksi program secara paralel untuk mengoptimalkan kinerja processor. Lebih mudahnya, teknologi hyperthreading merupakan teknologi untuk menciptakan logical core yang dapat berlaku sebagai core fisik yang mampu bertindak secara independen dalam mengeksekusi suatu instruksi. Lalu apa kaitannya fungsi hyperthreading dengan power dissipation? Sebelum menjawab hal ini, terlebih dahulu kita bandingkan teknologi hyperthreading dengan teknologi multi-core konvensional. Pada teknologi multi-core konvensional, tiap core terpisah secara fisik. Masing-masing core berisi jutaan hingga miliaran transistor yang wajib mendapat supply daya untuk beroperasi. Dengan  teknologi  hyperthreading, tiap core akan memiliki dua logical core sehingga processor dengan dual core fisik akan memiliki 4 thread/logical core yang tiap logical core ini tidak membutuhkan resource komponen tambahan. Artinya, peningkatan  panas 
dan daya tidak akan terjadi secara signifikan dengan hyperthreading. Sebaliknya, performa yang dihasilkan akan meningkat secara signifikan.
      Untuk  melihat  seberapa  efektif  penggunaan teknologi   hyperthreading  ini,  kami  melakukan 
pengujian dengan sebuah aplikasi benchmark, yaitu Cinebench R11.5. Aplikasi ini akan mengukur seberapa jauh kemampuan processor dalam melakukan operasi rendering sebuah gambar. Untuk perangkat test bed-nya sendiri, kami menggunakan GIGABYTE Brix S yang sudah dilengkapi processor Intel Core i3-4010U (2C/4T). Perangkat GIGABYTE Brix S ini merupakan sejenis NUC dengan form factor UCFF yang sangat ringkas dan kompak. Unit pendinginnya pun hanya mengandalkan heatsink dan kipas kecil, mengingat processor yang digunakannya hanya memiliki TDP kisaran 17W. 




source:PC Media Magz Oct 14

Tags: , , ,

Written by

If you want something you’ve never had, you must be willing to do something you’ve never done. ~ Thomas Jefferson

 

Recent Posts

Supported By

Cari Tio? dimana? sibuk?

Copyright © Sumber JawabanAll rights reserved. @prasetyo_anzery